Penasaran ? Klik saja

Minggu, 05 Februari 2012

Kamera DSLR dan Cara Kerjanya

Dari Dunia racing ke dunia photography gak apa-apa lah namanya juga perkembangan pengetahuan. photography juga sangat mendukung dalam arena balap yang berfungsi sebagai dokumentasi buat para rider dan pecandu dunia racing. tanpa basa basi mari kita pelajari beberapa hal tersebut


  kali ini kita akan belajar beberapa pengetahuan dasar photography dengan menggunakan camera DSLR. Menfoto dengan camera DSLR tidaklah jauh beda dengan menfoto dengan camera compact/ point and shoot camera. Ibarat mobil yang memiliki transmission automatic, compact camera / point and shoot memilikki setting cahaya yang sudah diatur otomatis. Sedangkan camera DSLR memilikki setting cahaya dan lainnya yang bisa kita atur secara manual maupun otomatis.


Kalau sudah ada yang auto, kenapa harus pusing dengan setting secara manual?
Kalau anda mengharapkan foto yang anda jepret itu jelas, warnanya bagus, pixelnya tinggi, ya, fungsi auto sudah cukup kok,, kenapa pusing2… Tetapi kalau anda pengen memberikan sentuhan yang berbeda, membuat foto kita kelihatan beda dari yang lain, membuat foto menjadi sesuatu tidak bisa terlihat dengan mata manusia, maka anda harus melakukan setting secara manual,


Pernah complain dengan foto yang anda ambil itu blur(tidak jelas)? Warnanya tidak memuaskan? Lightingnya kelihatan aneh? Ada beberapa situasi, fungsi automation setting tidak bisa memberikan hasil yang terbaik, kalau anda menguasi teknik mengatur sendiri pengcahayaan, well, problem solved..




Three Main Gateway


Kalau kita belajar matematika, kita akan memulai dengan 4 dasar yaitu, +,-,x,/, di photography, kita memulai dengan 3 dasar mengatur cahaya yang masuk ke sensor ataupun lebih dikenal dengan three gateway of light, three methodology, dll. Ketiga hal itu adalah Shutter Speed, Aperture, dan ISO Speed (Sensitivitas Sensor terhadap cahaya)


Shutter Speed adalah kecepatan tirai penutup sensor. Semakin lambat tirainya bergerak, semakin banyak cahaya yang masuk ke sensor,. Shutter speed yang tinggi bisa menangkap object yang bergerak cepat dengan jelas, misalnya mobil yang bergerak, sedangkan shutter speed yang lambat, bisa merekam gambar dengan lambat, sedangkan benda yang bergerak bisa kelihatan motion-nya . Untuk pemahaman cahaya yang masuk melewati kecepatan shutter, kita bisa memakai analogi jendela dan pintu jendela. Ketika kita menekan tombol shutter, pintu jendela ini akan membuka, dan menutup kembali. Ketika pintu jendelanya dibuka secara lambat, cahaya yang masuk melewati kedalam ruangan semakin banyak daripada pintu yang dibuka dengan kecepatan tinggi.





Aperture adalah lubang cahaya yang masuk ke sensor. Ukuran aperture ditentukan oleh sebuah alat yang bernama diaphragm. Cahaya yang masuk masuk dari lens, bergerak melewati aperture sebelum masuk ke sensor. Fungsi sebenarnya ukuran besar kecilnya aperture adalah untuk mengatur kedalaman ketajaman gambar. Aperture yang kecil mempunyai ketajaman yang lebih dalam sedangkan aperture yang besar memiliki kedalaman yang tidak dalam, sehingga object yang berada diluar dari kedalamanan akan kelihatan kabur. Bagaikan mainan laser, semakin kecil lubang cahaya laser, maka semakin jauh laser bisa memantulkan cahaya, dan semakin lebar lubang cahaya, maka semakin tidak jauh laser bisa memantulkan cahayanya. Kita bisa mengunakan kembali analogi jendela dan pintu jendela diatas untuk pemahaman pengaturan cahaya lewat aperture. Kalau kecepatan pintu jendela membuka dan menutup kembali itu adalah shutter speed, maka jendela itu sendiri adalah aperture karena cahaya memasuki sensor lewat jendela itu. Semakin lebarnya jendela maka otomatis cahaya yang masuk lebih banyak dan begitu juga sebaliknya.





Satu hal yang akan selalu membingungkan pemula adalah besar aperture bukan ditentukan besar f number,, tapi sebaliknya. misalnya f 2.8 adalah aperture besar sedangkan f22 adalah aperture kecil..


Aperture Besar (f/5.6)



Aperture Kecil (f32)



Kombinasi antara shutter speed dan aperture adalah kunci untuk menentukan sebuah gambar itu memliki exposure yang tepat. Ketika berada di tempat yang terang seperti outdoor, kita bisa menggunakan shutter speed yang tinggi dengan aperture yang tinggi untuk mengurangi cahaya yang berlebihan masuk kedalam sensor supaya hasil dari foto tidak terlalu terang. Sedangkan ketika berada ditempat tidak terlalu terang seperti indoor, kita bisa menggunakan Aperture yang besar dan Shutter speed yang lambat. Namun shutter speed yang lambat sangat sensitive dengan pergerakan camera. Kamera yang bergerak saat shutter speed lambat berjalan akan menyebabkan gambar yang kabur. Di situasi seperti ini, penggunaan Tripod (alat tempat camera berdiri) atau kecepatan ISO bisa menjadi solusi.


ISO Speed adalah sensitivitas sensor terhadap cahaya. Penggunaan ISO yang tinggi bisa membantu sensor menrespon cahaya dengan lebih cepat, namun semakin tinggi ISO, akan menimbulkan noise. Noise membuat gambar kelihatan tidak jernih,.


three main gateway


Dengan kombinasi tiga pintu masuk cahaya, kita bisa mengatur settingan cahaya sesuai situasi dan kebutuhan kita dimana fungsi Auto kadang tidak bisa melakukannya dengan benar. Kalau kita melihat object lewat viewfinder yang merupakan refleksi dari cermin, bagaimana kita mengetahui sebuah settingan itu over exposure atau kekurangan cahaya. Biasanya di Viewfinder ada meteran cahaya untuk kita mengatur exposure yang tepat. Begitu juga kalau melakukan live view dari lcd secara langsung,, ada sebuah meter kecil terletak bagian bawah lcd atau bagian atas.



Khiramank Generation

Perbedaan Mesin Ninja KIPS dan Super KIPS

Setahu saya yang ada itu Ninja reguler (tanpa label KIPS ataupun SUPERKIPS) dan Ninja SUPERKIPS.

Jadi tidak ada Ninja yang KIPS saja. Adanya Reguler lalu kemudian SUPERKIPS.

Terlepas dari tipe-tipe Ninja 2-tak yang cukup banyak, kalau tidak salah sekarang ga cuma NInja RR saja yang sudah SUPERKIPS, tapi ada varian Ninja yang tidak berfairing tapi juga sudah dibekali SUPERKIPS (Kalau jaman dahulu cuma Ninja RR saja yang berteknologi SUPERKIPS).

Kalau Ninja reguler, dia kerja mesinnya benar-benar seperti mesin 2-tak konvensional. Yaitu, saat langkah ekspansi terjadi proses pendorongan piston oleh hasil pembakaran sekaligus menghisap campuran bahan bakar, udara, dan oli. Sedangkan saat langkah kompresi, terjadi proses buang gas sisa pembakaran sekaligus mengkompresi campuran bahan bakar, udara, dan oli yang dihisap sebelumnya.

Sedangkan pada Ninja SUPERKIPS, sebenarnya masih sama seperti Ninja reguler, hanya saja ada penambahan teknologi buka tutup saluran gas buang di daerah kepala silinder. Sistem buka tutup tersebut menggunakan plat yang bisa bergeser-geser tergantung putaran dari mesin. Saat putaran mesin rendah, plat tadi akan cenderung menutup laju alir gas buang yang menyebabkan kelemahan motor 2-tak yang banyak sekali sisa bahan bakar yang tidak terbakar ketika putaran mesin rendah menjadi dikembalikan lagi ke ruang bakar untuk kembali dibakar saat proses pembakaran. Sedangkan saat putaran tinggi, mesin 2-tak sudah cukup baik dalam pembakarannya, sehingga plat SUPERKIPS tadi cenderung membuka. Jadi akan terus bergerak sesuai putaran mesin, semakin rendah RPM maka plat tadi akan semakin menutup, sedangkan pada RPM semakin tinggi akan semakin membuka.

Hasil dari kerja SUPERKIPS ini menyebabkan karakter mesin 2-tak yang cenderung tidak efisien menjadi lebih efisien. Yang akan dirasakan oleh pengendara adalah kendaraan akan mumpuni mulai dari putaran bawah hingga atas. Jadi putaran bawah tetap responsif tapi irit bahan bakar, namun ketika sudah putaran tinggi udara diloskan dan memang tujuannya menggapai kecepatan yang optimal serta terbayar konsumsi bahan bakar yang banyak. Kalau tanpa SUPERKIPS motor akan tetap boros mulai dari putaran atas atau bawah, pun tenaga yang dihasilkan tidak sebaik saat sudah menggunakan SUPERKIPS (Karena SUPERKIPS mampu mengendalikan gas buang).

Jadi analoginya gini, pada motor konvensional, anda butuh ganti knalpot yang lebih los pembuangannya untuk menggapai top speed, namun tarikan awal akan kacau. Sedangkan untuk tarikan awal, justru lebih terasa enak menggunakan knalpot yang reguler. Pada SUPERKIPS, hal tersebut dikendalikan secara otomatis, ketika putaran bawah pembuangan akan terasa seperti tertahan sehingga tarikan awal sangat baik, sedangkan pada putaran tinggi pembuangan akan terasa los sehingga penggapaian kecepatan maksimum bisa lebih optimal.

Namun kekurangan dari SUPERKIPS adalah segi perawatannya. Bengkel konvensional biasanya kurang memperhatikan sektor ini, alhasil tidak jarang ada kasus SUPERKIPS menjadi macet dan nyantol. Kalau nyantolnya di posisi buka, maka akan membuat peforma di putaran atas jadi kacau, sebaliknya bila nyantol di posisi buka, maka peforma di putaran bawah jadi kacau. Jadi ada kelebihan tentu saja harus dilakukan perawatan yang lebih advance supaya kelebihan itu tetap terjaga kondisinya.



#3030